Bab I
Pendahuluan
Arti perpustakaan saat ini bukan sebagai tempat untuk menyimpanan buku
dengan tata urutan tertentu, namun sudah berubah menjadi sumber informasi. Koleksi
perpustakaan sebagai sumber Informasi adalah multimedia,yaitu Bukan saja hanya karya
cetak, melain sudah dari berbagai media. Hal ini sesuai dengan UU No. Tahun
1999 tentang Pendidikan Nasional bahwa salah satu sarana untuk mencerdaskan
bangsa adalah di bentuk suatu perpustakaan ditiap tingkat sekolah (dari TK
sampai Perguruan Tinggi).
Memang tidak di fungkiri bahwa hakekat dari perpustakaan adalah untuk
sumber Informasi belabu, karena disanalah tempat berkumpulnya Informasi dan karena
disanalah tempat pengkoleksian suatu dokumen-dokumen Informasi yang kita
inginkan. Dan mengenai user(pengguna) perpustakaan itu tidak luput dari pelaku
pendidikan, Baik itu dari tingkat kanak-kanak sampai ke pendidikan yang lebih
tinggi yaitu Mahasiswa. Mengkilas balik kepada sejarah tempat kumpulan
koleksi-koleksi atau dokumen-dokumen itu telah di gunakan oleh para pelaku masa
lalu untuk mencari Ilmu Pengetahuan dan mempelajarinya agar wawasan mereka
bertambah.
Salah satu Dosen Paskah Sarjana Universeritas Sriwijaya Mujelis,M.lib,
Menyatakan dalam Pidatonya (Seminar Perpustakaan Adab) Bahwa para Ilmuan Barat
berpendapat Kualitas baik-buruknya dari suatu sekolah tersebut tergantung dari
kualitas perpustakaan di sekolah tersebut. Jadi penjelasan dari pak Mujelis
dapat kita ambil bahwa Perpustakaan dan dunia Pendidikan tidak dapat dipisahkan
karena kedua poin itu merupakan salah satu hal yang saling ketergantungan,
keterkaitan dan saling mendukung. Perpustakaan bertujuan untuk mengkampanyekan
dan menginformasikan Bahan-bahan koleksi dari perpustakaan tersebut sedangkan
Dunia Pendidikan Bertujuan agar Setiap generasi dan pelaku pendidikan mempunyai
banyak wawasan mengenai Ilmu pengetahuan dan semua itu sasaran atau objeknya
adalah Perpustakaan.
Di dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang fungsi dan hubungan
perpustakaan dengan bidang pendidikan . dalam hal ini penulis akan membatasi
diri di sekitar pembahasan aspek-aspek yang mendukung untuk tercapainya tujuan
pendidikan dengan perpustakaan sebagai alat kearah berhasilnya usaha-usaha
tersebut.
Bab II
Pembahasan
A.
Definisi Perpustakaan
Istilah perpustakaan berasal dari kata latin liber atau libri artinya
buku. Dari kata lain tersebut terbentuklah istilah librarius yang
artinya tentang buku. Dalam bahasa Inggris terkenal dengan istilah library. Pada
abad ke-19 pengertian perpustakaan berkembang menjadi “suatu gedung, ruangan
atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang di pelihara dengan baik,
dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.[1]
Kemudian perpustakaan dapat di definisikan Unit kerja yang memiliki
sumber daya manusia, “ruang khusus”, dan kumpulan koleksi yang sesuai dengan
jenis perpustakaannya, sedangkan pengertian perpustakaan menurut Surat
Keputusan Dari Menpan No.18 Tahun 1988 adalah suatu unit kerja yang
sekurang-kurangnya mempunyai koleksi 1.000 judul bahan pustaka atau 2.500
eksemplar denagn keputusan pejabat yang berwenang.[2]
B.
Hubungan Perpustakaaan dengan
Institusi-Institusi Pendidikan
Perpustakaan adalah khazanah ilmu pengetahuan dan merupakn kunci para
sarjan dan cendikiawan untuk menimba ilmu pengetahuan dan pendididkan .
peranannyasebagai alat untuk memperoleh pendididkan mempunyai hubungan yang
rapat dengan institusi-institusi pendidikan yang justru itu sudah tidak asing
lagi sebagai tanda tinggi rendahnya peradaban sesuatu kata
mujarat(abstak),suatu konsep,yang di dalamnya terdiri dari kode-kode,
norma-norma,ideologi-ideologi dan sebagainya,juga termasuk perlengkapan
material dan simbolik.[3]
Kedudukan dan keutuhan suatu institusi pendidikan dapat diukur
dengan memperhatikan segala program pendidikan yang mencakup di dalamnya
fasilitas pendidikan, jumlah para pelajar yang mendapat pendidikan serta
sekaligus meliputi keseluruhan kelengkapan berdirinya sebuah institusi
pendidikan tersebut.perpustakaan yang terdapat pada sebuah institusi, yang
digunakan sebagai tempat referensi dan memperoleh informasi, sudah tentu
berperan besar sebagai alat berhasilnya para pelajar dsalam meningkatkan
perpustakaan sebagai sumber inteleknya dengan pemanfaatan perpustakaan sebagai
sumber dari khazanah ilmu pengetahuan tersebut.
Pada periode permulaan Islam,pelajaran agama di dalam pelbagai Ilmu
disampaikan di dalam masjid-masjid yang fungsinya selain sebagai tempat
ibadah,juga berperan sebagai pusat pendidikan Islam. Pada masa kerajaan Umayyah
para sahabat dan tabi’in telah membuka banyak pusat pengajian Islam di
masjid-masjid di seluruh negara islam. Diantaranya pelajaran-pelajaran yang diajarkan ialah ilmu tafsir, hadis,
fiqh, bahasa, kesusasteraan Arab dan lain-lain. Dengan bermacam-macam mata
pelajaran yang diajarkan itu menyebabakan banyak hasil karya diciptakan dan
dikarang oleh ulama untuk memuydahkan para pelajar mempelajari secara lebih teratur dan sistematis dengan mengikuti dan berpedoman pada buku-buku yang
di karangoleh ulama tersebut.[4]
Kemenangan Bani Saljuk dalam menaklukkan Iraq dan keberhasilan mereka memasuki
kota Bagdad sebagai titik permulaan bagi kemenangan Ahlus Sunnah terhadap kaum
syiah.
Mulai saat itu dimulai kembali kegiatan dan penyiaran pelajaran-pelajaran
ahlus sunnah dalam usahanya untuk membatasi
tersebarluasnya pelajara-pelajaran syiah yang sebelumnya giat diajarkan
oleh Bani Buwaihi. Dengan kemenangan itu didirikanlah sekolah-sekolah di bawah
Nizamul Mulk yang mendapatkan tempat dikalangan masyarakat dan terkenal di
dunia. Seorang ahli sejarah Islam yaitu Imadudin Al Asfani menyatakan : apabila
di suatu negeri Nizamul Mulk mendapatkan seorang yang terkenal dan
berpengetahuan yang luas dan mendalam, maka didirikannyalah sebuah sekolah,
agar orang itu mengajar di san, diberinya sekolah itu wafatnya dan dilengkapi
dengan perpustakaan.
Al Madrasah al-Mustansiriyah yang di bangun oleh khalfah Al- Mustansir di
Bagdad abad ke-13 M, merupakan madrasah yang terindah di dunia Islam. Tenaga
dan harta yang diperlukan untuk mendieikan madrasah ini menggambarkan kepada
kita sampai di mana penghormatan orang
pada masa itu terhadap ilmu dan para ulama. Keindahan dan kemagahan bangunan
gedung itu telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai bangunan-bangunan
yang lain di negeri Islam. Di dalamnyaterdapat tempat khusus bagi setiap mazhab
yang empat dan untuk setiap mazhab disediakan seorang guru yang ditugaskan
untuk mengajar 75 orang yang belajar secara gratis, dan setiap guru diberi gaji
bulanan, dan setiapa pelajara memperoleh sedinar emas tiap bulan , sedangkan
madrasah sendiri menyediakan kepada mereka daging dan roti saban se hari. Di
samping itu setiap madrasah mempunyai perpustakaan yang besar yang di lengkapi
dengan bermacam cabang ilmu pengetahuan. Perpustakaan ini diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan para pelajar untuk membaca yang di sukai dan juga
dilengkapi dengan alat-alat tulis menulis, yang terdiri dari tinta, kertas yang
dapat di gunakan oleh para pembaca dan para penulis. Di dalam madrsah itu
terdapat kamar mandi dan rumah sakit yang dikendalikan oleh dokter khusus untuk
mengobati pelajar-pelajar yang sakit kemudian dikendalikan oleh dokter khusus
untuk mengobati pelajar-pelajar yang sakit setiap hari.[5]
Maderasah Al-Nashirihyah yang di
bangunkan oleh Sultan al-Malikut Adil Zainudin Kutbagha al-Manshuri dan
disiapakn oleh Sultan Muhammad bin Qalawun pada tahun 703 H. Sekolah ini adalah
semegah-megahnya gedung pendidikan yang terdapat di cairo,(Mesir) dan pintunya
seindah sesuatu yang dapat dibuat oleh manusia.Didalam madrasah ini juga terdapat
perpustakaan yang indah dan di jaga oleh beberapa penjaga yang terdiri dari
al-Thawasyiyah (oarng yang dikebiri) dan orng-orang luar tidak diizinkan masuk
kesitu. Selain itu juga terdapat sebuah madrasah lagi yang terkenal yaitu
madrasah al-Thibrasiyyah , madrasah ini didirikan disamping masjid al-azhar
pada tahun 701 H oleh Alauddin Thibris al-Khazandari dan menjadikannya sebagai masjid Allah,dan
ditetapakn di sana untuk mempelajari fiqh Syafi’i, dan juga di dalamnya
terdapat perpustakaan dengan jumlah buku yang bermacam jenis dan disamping itu
dilantik seorang Imam dengaan dibayar gaji untuk menguruskannya.
Disamping pembangunan gedung-gedung sekolah dalam bidang keagamaan, juga
didirikan bangunan-bangunan sekolah di bidang kedokteran, tetapi masih sedikit
sekali didirikan oleh kaum muslim. Karena untuk ilmu kedokteran biasanya tidak
didirikan sekolah-sekolah khusus di bidang ini. Untuk keperluan itu pada
tiap-tiap rumah sakit di bangun aula (ruang kuliah) atau laboratorium. Diruang
itu mahasiswa mendengar kuliah,setelah kuliah selesai mereka mendatangi kamar pasien untuk menyelidiki penyakit
mereka mendatangi kamar pasien untuk menyelidiki penyakit mereka dan mengobati
di bawah bimbingan dan pengawasan paradosen kedokteran tersebut. Pada abad ke 6
H terdapat seorang dokter yang bernama Dr. (med) Abalmad Ibnu Abil Hakam telah
berkunjung ke rumah sakit jiwa yang di bangun oleh Al Mlikul adil Nurudin Mahmud di damaskus untuk
memberikan kuliah,berdiskusi dan mengadakan penyelidikan, bersama-sama dengan
dokter, pembantru-pembantu, pegawai-pegawai dan mahasiswa –mahasiswa di
laboratorium rumah sakit itu, tiga jam lamnya tiap-tiap hari.[6]
Begitu juga dengan Rumah sakit al- Manshury yang terdapat di Cairo,kuliah
dalam ilmu kedokteran ditempat itu sering diadakan oleh para dosen dari
berbagai bidang kedokteran yang datang dari tempat-tempat yang jauh. Dimasa
perkembangannya ilmu kedokteran, banyak rumah sakitr di seluruh dunia Islam
didirikan, disamping pembangunan-pembnangunan sekolah yabg baru yang membantu
adanya lebih banyak dokter yang ahli di berbagai bidang ilmu
kedokterantersebut. Contoh pembangunan sekolah kedokteran tersebut oleh kaum
muslimin di abad pertengahan ialah sekolah kledokteran Ad Dichwariyah yang
telah didirikan oleh Muhanzdabuddin Dichwar yaitu seorang dokter dan banyak
lagi sekolah-sekolah kedokteran di negara-negara Islam yang telah disumbangkan
dan didirikan oleh kaum muslim.Bukan saja sekolah-sekolah di bidang lain telah
kaum muslim seperti Insnyur,arsitek, Farmasi dan Lai-lain.[7]
Kebanyakan dari institusi-institusi itu merupakan bukti-bukti kesenian
Islam,Untuk pembangunannya membutuhkan biaya yang banyak dan biaya itu
diperoleh dari harta wakaf dan sumbangan kaum seluruhnya. Munculnya
institusi-institusi dapat dianggap sebagai usaha baru di dalam Islam untuk
mengatur dan meneruskan study dengan cara memperbanyak pekerjaan-pekerjaan,
sehingga orang dapat bekerja tetap padanya,dengan membiaya gaji-gaji
pegawai-pegawai dan para guru, dan menyediakan perumahan serta makanan bagi
pelajar, hal mana dengan sendirinya membantu untuk lahirnya system yang tetap
dan tradisi-tradisi yang terpelihara dengan baik, demi untuk kepentingan
pelajaran dan pengurusan kantor dan bekerja secara terus-menerus untuk mencapai
perkembangan lembaga-lembaga tersebut secara terus-menerus.
C.
Kebutuhan Perpustakaan dari berbagai
Tingkat Usia
Perpustakaan disukai dan digemari setelah masyarakat itu awalnya
berkenalan dan menumpukan terhadap buku-buku di dalam mencapai mencari
informasi baru , dengan mengadakan pendekatan baik langsung maupun tidak
langsung. Ini karena mwreka akan menemukan berbagai masalah ilmu pengetahuan
dengan meneliti dan menyelidi hasil karya yang ditulis oleh pelbagai ahli di
dalam bidang masin-masing, demi untuk memudahkan mereka menyelesaikan permasalahan
dan merumuskan kesimpulan akhir dari problem-problem yang mereka hadapi
tersebut. Untuk itu dalam sejarah pendidikan Islam, masyarakat berlomba-lomba
di dalam membangun perpustakaan-perpustakaan dan mereka mengambil kesempatan
memanfaatkan perpustakaan tersebut seadanya dengan memberikan bantuan dan
sumbangan, baik dalam bentuk moral maupun bentuk material, Dalam tinjauan
penulis bahwa keterlibatan masyarakat terhadap perp[ustakaan tersebut adalah
dari berbagai tingkat usia, baik dari tingkat kanak-kanak, remaja maupun ornag-orang dewasa, yang mana mereka datang
mereka datang dari berbagai profesi seperti pelajar sekolah, masyarakat umum,
sarajana- sarjana dan para teknokrat.
Sudah menjadi kebiasaan, baik dahulu maupun sekarang bahwa kesempatan
belajar di dunia Islam adalah menjadi milik bersama dan terjamin bagi setiap
lapisan masyarakat,baik yang kaya maupun yang miskin, dan bahwa kemiskinan itu
tak pernah menjadi faktor penghambat bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu
pengetahuan . Realitas ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dan universitas
selalu terbuka lebar bagi semua lapisan masyarakat yang membutuhkan pelajaran.
Sejarah Islam membuktikan kepada kita bhawa banyak Institusi-institusi
pendidikan yang telah dibangaunkan oleh kaum muslimin yang tujuannya adalah
untuk mencerdaskan umat islam, guna menghadapi perubahan dan perkembangan zaman
yang begitu cepat.
Perpustakaan sekolah ialah perpustakaan yang ada dalam lingkungan
sekolah, Baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan, baik sekolah yang bersifat
umum maupun kejujuran. Oleh guru telah ditanamkan dasar kepandaian kepada para
siswanya dengan jalan memperkenalakan buku-buku yang dengan jalan
memperkenalakan buku-buku yang baik sesuai dengan umur, kecerdasan dan
perhatian mereka, Melalui perpustakaan sekolah, kepandaian membaca di
manfaatkan dandi kembangkan, dengan tuntunan guru dan petugas perpustakaan
mereka dibimbing membaca untuk mencari informasi yang mereka sukai, Dengan
koleksi yang lengkap berarti perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengetahuan
siswa, menyuburkan daya kritik dan mengembangkan bakat serta kegemaran anak.
Hal ini dapat membawa menfaat yang baik bagi siswa maupun guru.[8]
Dalam sejarah pendidikan Islam dan pendidikan moderen konsep
pendidikannya lebih mementingkan aktivitas dan kreatifitas pelajar sendiri dari
pada menerima secar pasif segala ajaran yang berasal; dari guru. Melaui
perpustakaan sekolah para siswa dapat dapat di latih keaktipan dan keratifitas
mereka secara lebih intensive, Hal yang dimikian dapat dinikmati para pelajar
disekolah –sekolah Islam pada periode pertengahan. Umpamanya sekolah Al
Haluiyah dan sekolah Al ‘Afdhaliyah di PalestinA, sekolah An Nuriyah Al Kubra
dan sekolah Imadiyah di Damaskus serta banyak lagi sekolah-sekolah yang berbuat
yang demikian,baik di mesir,Syiria, Tunisia dan tempat-tempat lain di seluruh
dunia.[9]
Bagi siswa yang belajar di sekolah menengah atas dan memasuki perpuguruan
tinggi akan menghadapi situasi yang sama dalam program pembelajaran, namun
mereka lebih bersifatilmiah dan intelek. Dalam mencapai hasil belajar di
perguruan tinggi mereka juga akan berhadapan dengan buku-buku di perpustakaan.
Untuk itulah kebanyakan dari perpustakaan. Untuk itulah kebanyakan dari
perguruan-perguruan tinggi, tetap menyediakan perpustakaan demi kemajuan para
pelajar yang mencari ilmu di situ.
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang tergabung dalam
lingkungan lembaga pendidikan tinggi baik yang berupa perpustakaan universitas,
perpustakaan fakultas , perpustakaan akademi,perpustakaan lembaga penelitian
dalam lingkungan perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi bermacam-macam,
semuanya mempunyai satu tujuan yang samayaitu membantu perguruan tinngi dalam
menjalankan program pengajarannya. Perpustakaan perguruan tinggi yang baik
merupakan satuan yang kokoh dengan lembaga perguruan tinggi. Bagi sarjana yang
baru menduduki semester awal maupunyang sudah mengakhiri kuliahnya, juga mereka
yang tingkat beklajarnay lebih tinggi akan senantiasa memerlukan perpustakaan,
demikian juga dalam menyiapkan bahan-bahan kuliah serta penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi dan desertasi. Hal yang semacam ini dialami pula oleh para
pelajar yang belajar di perpguruan tinggi dalam sejarah pendidikan Islam yang
banyak terdapat diwaktu itu.
Koleksi perpustakaan perguruan tinggi digunakan untuk melayani semua
tingkat para mahasiswa, dari tingkat persiapan sampai kepada tingkat
penghabisan, Penyusunan koleksi perpustakaan universitas biasanya mencakup
ruang lingkup yang lebih luas, sesuai dengan bidang-bidang yang di cakup oleh
universeritas yang membawahinya, sedangkan perpustakaan sekolah tinggi atau
institut terbatas ruang lingkupnya, sesuai dengan ruang lingkup lembaga
pendidikan di man ia tergabung. Pelaksanaan yang demikian, memberi peluang
kepada mahasiswa untuk senantiasa aktif dalam mencari dam memperoleh informasi
yang diperlukan demi penyelesaian problem yang hadapi,khususnya dalam
memperoleh bahan-bahan pengatahuan untuk kemajuan hasil belajar mereka.
Masyarakat yang ada di sekililing kita atau masyrakat umum, juga
membutuhkan informasi-informasi baru bagi mencapai kemajuan diri di dalam
lapangan yang sedang mereka geluti. Untuk itu tempat yang paling berkesan dan
tetap untuk mendapatkan informasi dan bahan-bhan pengetahuan itu adlah
perpustakaan.Perpustakaan Perpustakaan
umum yang sudah terkenal di dunia Islam adalah tempat yang paling baik untuk
masyarakat umum mempelajar dan membuat perumusan dalam problem yang mereka
hadapi. Kunjungan yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai tingkat
uia itu, menjadikan oleh masyarakat dalam berbagai tingkat usia itu, menjadikan
perpustakaan bersemarak dan senantiasa mendapatkan mendapatkan penghargaan di
tengah masyarakat.
Bab III
Kesimpulan
Memang tidak di fungkiri bahwa hakekat dari perpustakaan adalah untuk
sumber Informasi belabu, karena disanalah tempat berkumpulnya informasi dan
karena disanalah tempat pengkoleksian suatu dokumen-dokumen Informasi yang kita
inginkan. Dan mengenai user(pengguna) perpustakaan itu tidak luput dari pelaku
pendidikan, Baik itu dari tingkat kanak-kanak sampai ke pendidikan yang lebih
tinggi yaitu Mahasiswa. Mengkilas balik kepada sejarah tempat kumpulan
koleksi-koleksi atau dokumen-dokumen itu telah di gunakan oleh para pelaku masa
lalu untuk mencari Ilmu Pengetahuan dan mempelajarinya agar wawasan mereka
bertambah.
Jadi dari penjelasan diatas Banyak yang kita ambil Salah Satunya
Perpustakaan dan dunia Pendidikan tidak dapat dipisahkan karena kedua poin itu
merupakan salah satu hal yang saling ketergantungan, keterkaitan dan saling
mendukung. Perpustakaan bertujuan untuk mengkampanyekan dan menginformasikan
Bahan-bahan koleksi dari perpustakaan tersebut sedangkan Dunia Pendidikan
Bertujuan agar Setiap generasi dan pelaku pendidikan mempunyai banyak wawasan
mengenai Ilmu pengetahuan dan semua itu sasaran atau objeknya adalah
Perpustakaan.
Akhirnya mudah-mudahan dengan Mempelajari Makalah Ini kita selaku para
pelaku di dunia pendidikan lebih memanfaatkan perpustakaan ini dengan maksimal.
karena perpustakaan merupakan gudang Refrensi yang jelas dan dapat diuji karna Koleksi di
dalamnya sudah di Filter atau disaring agar sesuai dengan keilmiahan dan sesuai
dengan yang dibutuhkan para user (pengguna). Yang mana perpustakaan ini mampu
untuk membantu kita dalam proses belajar mengajar sekaligus didalam menambah
wawasan kita di dunia pendidikan ini. Tanpa suatu sarana kita pelaku pendidikan
tidak kan mampu lebih optimal dalam mengkaji masalah-masalah yang di hadapi di
proses pendidikan itu, untuk itu maksimalkanlah didalam memanfaatkan Fasilitas-fasilitas
dari Perpustakaan tersebut.
Daftar Pustaka
-
Herlina,Ilmu Perpustakaan dan Informasi
,Palembang: Raden Fatah Press,
2006
-
Purwono, Perpustakaan dan Kepustakawanan
Indonesia ,Jakarta:Universitas Terbuka 2002
-
Langgulung,
Hasan, Pengenalan Tamadun Islam Dalam Pendidikan, Dewan Bahasa Pustaka,
Kuala Lumpur: 1989
-
Sjalab,
Ahmadi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1973
-
Hasan
Fahm, Asma, Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bulan Bintang,1979
-
Sjahria,
Rusinal, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan,Jakarta: Djambatan,1989
[1] Herlina,Ilmu Perpustakaan dan Informasi
,Palembang 2006,hal 138
[2] Purwono, Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia
,Jakarta:Universitas Terbuka 2002,Hal 2
[3] Hasan Langgulung, Pengenalan Tamadun Islam
Dalam Pendidikan, DewanBahasa Pustaka, Kuala Lumpur: 1989,Hal 43
[4] Ahmad Sjalabi, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1973, Hal 47
[5] Asma Hasan Fahm, Sejarah dan filsafat
Pendidikan Islam,Jakarta: 1979,Hal 43-44
[6] Ibid,Hal 44-45.
[7] Opcit, Ahmad Sjalabi, Hal 48
[8] Rusina Sjahrial,Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan,Jakarta:Djambatan,1989,Hal 5
[9] Opcit, Ahmad Sjalabi, Hal 50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar