Rabu, 17 Oktober 2012

Bab I
Pendahuluan

Arti perpustakaan saat ini bukan sebagai tempat untuk menyimpanan buku dengan tata urutan tertentu, namun sudah berubah menjadi sumber informasi. Koleksi perpustakaan sebagai sumber Informasi adalah multimedia,yaitu Bukan saja hanya karya cetak, melain sudah dari berbagai media. Hal ini sesuai dengan UU No. Tahun 1999 tentang Pendidikan Nasional bahwa salah satu sarana untuk mencerdaskan bangsa adalah di bentuk suatu perpustakaan ditiap tingkat sekolah (dari TK sampai Perguruan Tinggi).
Memang tidak di fungkiri bahwa hakekat dari perpustakaan adalah untuk sumber Informasi belabu, karena disanalah tempat berkumpulnya Informasi dan karena disanalah tempat pengkoleksian suatu dokumen-dokumen Informasi yang kita inginkan. Dan mengenai user(pengguna) perpustakaan itu tidak luput dari pelaku pendidikan, Baik itu dari tingkat kanak-kanak sampai ke pendidikan yang lebih tinggi yaitu Mahasiswa. Mengkilas balik kepada sejarah tempat kumpulan koleksi-koleksi atau dokumen-dokumen itu telah di gunakan oleh para pelaku masa lalu untuk mencari Ilmu Pengetahuan dan mempelajarinya agar wawasan mereka bertambah.
Salah satu Dosen Paskah Sarjana Universeritas Sriwijaya Mujelis,M.lib, Menyatakan dalam Pidatonya (Seminar Perpustakaan Adab) Bahwa para Ilmuan Barat berpendapat Kualitas baik-buruknya dari suatu sekolah tersebut tergantung dari kualitas perpustakaan di sekolah tersebut. Jadi penjelasan dari pak Mujelis dapat kita ambil bahwa Perpustakaan dan dunia Pendidikan tidak dapat dipisahkan karena kedua poin itu merupakan salah satu hal yang saling ketergantungan, keterkaitan dan saling mendukung. Perpustakaan bertujuan untuk mengkampanyekan dan menginformasikan Bahan-bahan koleksi dari perpustakaan tersebut sedangkan Dunia Pendidikan Bertujuan agar Setiap generasi dan pelaku pendidikan mempunyai banyak wawasan mengenai Ilmu pengetahuan dan semua itu sasaran atau objeknya adalah Perpustakaan.
Di dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang fungsi dan hubungan perpustakaan dengan bidang pendidikan . dalam hal ini penulis akan membatasi diri di sekitar pembahasan aspek-aspek yang mendukung untuk tercapainya tujuan pendidikan dengan perpustakaan sebagai alat kearah berhasilnya usaha-usaha tersebut.


Bab II
Pembahasan

A.      Definisi Perpustakaan
Istilah perpustakaan berasal dari kata latin liber atau libri artinya buku. Dari kata lain tersebut terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Inggris terkenal dengan istilah library. Pada abad ke-19 pengertian perpustakaan berkembang menjadi “suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang di pelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.[1]
Kemudian perpustakaan dapat di definisikan Unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, “ruang khusus”, dan kumpulan koleksi yang sesuai dengan jenis perpustakaannya, sedangkan pengertian perpustakaan menurut Surat Keputusan Dari Menpan No.18 Tahun 1988 adalah suatu unit kerja yang sekurang-kurangnya mempunyai koleksi 1.000 judul bahan pustaka atau 2.500 eksemplar denagn keputusan pejabat yang berwenang.[2]
B.      Hubungan Perpustakaaan dengan Institusi-Institusi Pendidikan
Perpustakaan adalah khazanah ilmu pengetahuan dan merupakn kunci para sarjan dan cendikiawan untuk menimba ilmu pengetahuan dan pendididkan . peranannyasebagai alat untuk memperoleh pendididkan mempunyai hubungan yang rapat dengan institusi-institusi pendidikan yang justru itu sudah tidak asing lagi sebagai tanda tinggi rendahnya peradaban sesuatu kata mujarat(abstak),suatu konsep,yang di dalamnya terdiri dari kode-kode, norma-norma,ideologi-ideologi dan sebagainya,juga termasuk perlengkapan material dan  simbolik.[3]
Kedudukan dan keutuhan suatu institusi pendidikan dapat diukur dengan  memperhatikan segala program  pendidikan yang mencakup di dalamnya fasilitas pendidikan, jumlah para pelajar yang mendapat pendidikan serta sekaligus meliputi keseluruhan kelengkapan berdirinya sebuah institusi pendidikan tersebut.perpustakaan yang terdapat pada sebuah institusi, yang digunakan sebagai tempat referensi dan memperoleh informasi, sudah tentu berperan besar sebagai alat berhasilnya para pelajar dsalam meningkatkan perpustakaan sebagai sumber inteleknya dengan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber dari khazanah ilmu pengetahuan tersebut.
Pada periode permulaan Islam,pelajaran agama di dalam pelbagai Ilmu disampaikan di dalam masjid-masjid yang fungsinya selain sebagai tempat ibadah,juga berperan sebagai pusat pendidikan Islam. Pada masa kerajaan Umayyah para sahabat dan tabi’in telah membuka banyak pusat pengajian Islam di masjid-masjid di seluruh negara islam. Diantaranya pelajaran-pelajaran  yang diajarkan ialah ilmu tafsir, hadis, fiqh, bahasa, kesusasteraan Arab dan lain-lain. Dengan bermacam-macam mata pelajaran yang diajarkan itu menyebabakan banyak hasil karya diciptakan dan dikarang oleh ulama untuk memuydahkan para pelajar mempelajari  secara lebih teratur  dan sistematis dengan  mengikuti dan berpedoman pada buku-buku yang di karangoleh ulama tersebut.[4] Kemenangan Bani Saljuk dalam menaklukkan Iraq dan keberhasilan mereka memasuki kota Bagdad sebagai titik permulaan bagi kemenangan Ahlus Sunnah terhadap kaum syiah.
Mulai saat itu dimulai kembali kegiatan dan penyiaran pelajaran-pelajaran ahlus sunnah dalam usahanya untuk membatasi  tersebarluasnya pelajara-pelajaran syiah yang sebelumnya giat diajarkan oleh Bani Buwaihi. Dengan kemenangan itu didirikanlah sekolah-sekolah di bawah Nizamul Mulk yang mendapatkan tempat dikalangan masyarakat dan terkenal di dunia. Seorang ahli sejarah Islam yaitu Imadudin Al Asfani menyatakan : apabila di suatu negeri Nizamul Mulk mendapatkan seorang yang terkenal dan berpengetahuan yang luas dan mendalam, maka didirikannyalah sebuah sekolah, agar orang itu mengajar di san, diberinya sekolah itu wafatnya dan dilengkapi dengan perpustakaan.
Al Madrasah al-Mustansiriyah yang di bangun oleh khalfah Al- Mustansir di Bagdad abad ke-13 M, merupakan madrasah yang terindah di dunia Islam. Tenaga dan harta yang diperlukan untuk mendieikan madrasah ini menggambarkan kepada kita sampai di mana penghormatan  orang pada masa itu terhadap ilmu dan para ulama. Keindahan dan kemagahan bangunan gedung itu telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai bangunan-bangunan yang lain di negeri Islam. Di dalamnyaterdapat tempat khusus bagi setiap mazhab yang empat dan untuk setiap mazhab disediakan seorang guru yang ditugaskan untuk mengajar 75 orang yang belajar secara gratis, dan setiap guru diberi gaji bulanan, dan setiapa pelajara memperoleh sedinar emas tiap bulan , sedangkan madrasah sendiri menyediakan kepada mereka daging dan roti saban se hari. Di samping itu setiap madrasah mempunyai perpustakaan yang besar yang di lengkapi dengan bermacam cabang ilmu pengetahuan. Perpustakaan ini diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan para pelajar untuk membaca yang di sukai dan juga dilengkapi dengan alat-alat tulis menulis, yang terdiri dari tinta, kertas yang dapat di gunakan oleh para pembaca dan para penulis. Di dalam madrsah itu terdapat kamar mandi dan rumah sakit yang dikendalikan oleh dokter khusus untuk mengobati pelajar-pelajar yang sakit kemudian dikendalikan oleh dokter khusus untuk mengobati pelajar-pelajar yang sakit setiap hari.[5]
Maderasah  Al-Nashirihyah yang di bangunkan oleh Sultan al-Malikut Adil Zainudin Kutbagha al-Manshuri dan disiapakn oleh Sultan Muhammad bin Qalawun pada tahun 703 H. Sekolah ini adalah semegah-megahnya gedung pendidikan yang terdapat di cairo,(Mesir) dan pintunya seindah sesuatu yang dapat dibuat oleh manusia.Didalam madrasah ini juga terdapat perpustakaan yang indah dan di jaga oleh beberapa penjaga yang terdiri dari al-Thawasyiyah (oarng yang dikebiri) dan orng-orang luar tidak diizinkan masuk kesitu. Selain itu juga terdapat sebuah madrasah lagi yang terkenal yaitu madrasah al-Thibrasiyyah , madrasah ini didirikan disamping masjid al-azhar pada tahun 701 H oleh Alauddin Thibris al-Khazandari  dan menjadikannya sebagai masjid Allah,dan ditetapakn di sana untuk mempelajari fiqh Syafi’i, dan juga di dalamnya terdapat perpustakaan dengan jumlah buku yang bermacam jenis dan disamping itu dilantik seorang Imam dengaan dibayar gaji untuk menguruskannya.
Disamping pembangunan gedung-gedung sekolah dalam bidang keagamaan, juga didirikan bangunan-bangunan sekolah di bidang kedokteran, tetapi masih sedikit sekali didirikan oleh kaum muslim. Karena untuk ilmu kedokteran biasanya tidak didirikan sekolah-sekolah khusus di bidang ini. Untuk keperluan itu pada tiap-tiap rumah sakit di bangun aula (ruang kuliah) atau laboratorium. Diruang itu mahasiswa mendengar kuliah,setelah kuliah selesai mereka mendatangi  kamar pasien untuk menyelidiki penyakit mereka mendatangi kamar pasien untuk menyelidiki penyakit mereka dan mengobati di bawah bimbingan dan pengawasan paradosen kedokteran tersebut. Pada abad ke 6 H terdapat seorang dokter yang bernama Dr. (med) Abalmad Ibnu Abil Hakam telah berkunjung ke rumah sakit jiwa yang di bangun oleh Al Mlikul  adil Nurudin Mahmud di damaskus untuk memberikan kuliah,berdiskusi dan mengadakan penyelidikan, bersama-sama dengan dokter, pembantru-pembantu, pegawai-pegawai dan mahasiswa –mahasiswa di laboratorium rumah sakit itu, tiga jam lamnya tiap-tiap hari.[6]
Begitu juga dengan Rumah sakit al- Manshury yang terdapat di Cairo,kuliah dalam ilmu kedokteran ditempat itu sering diadakan oleh para dosen dari berbagai bidang kedokteran yang datang dari tempat-tempat yang jauh. Dimasa perkembangannya ilmu kedokteran, banyak rumah sakitr di seluruh dunia Islam didirikan, disamping pembangunan-pembnangunan sekolah yabg baru yang membantu adanya lebih banyak dokter yang ahli di berbagai bidang ilmu kedokterantersebut. Contoh pembangunan sekolah kedokteran tersebut oleh kaum muslimin di abad pertengahan ialah sekolah kledokteran Ad Dichwariyah yang telah didirikan oleh Muhanzdabuddin Dichwar yaitu seorang dokter dan banyak lagi sekolah-sekolah kedokteran di negara-negara Islam yang telah disumbangkan dan didirikan oleh kaum muslim.Bukan saja sekolah-sekolah di bidang lain telah kaum muslim seperti Insnyur,arsitek, Farmasi dan Lai-lain.[7]
Kebanyakan dari institusi-institusi itu merupakan bukti-bukti kesenian Islam,Untuk pembangunannya membutuhkan biaya yang banyak dan biaya itu diperoleh dari harta wakaf dan sumbangan kaum seluruhnya. Munculnya institusi-institusi dapat dianggap sebagai usaha baru di dalam Islam untuk mengatur dan meneruskan study dengan cara memperbanyak pekerjaan-pekerjaan, sehingga orang dapat bekerja tetap padanya,dengan membiaya gaji-gaji pegawai-pegawai dan para guru, dan menyediakan perumahan serta makanan bagi pelajar, hal mana dengan sendirinya membantu untuk lahirnya system yang tetap dan tradisi-tradisi yang terpelihara dengan baik, demi untuk kepentingan pelajaran dan pengurusan kantor dan bekerja secara terus-menerus untuk mencapai perkembangan lembaga-lembaga tersebut secara terus-menerus.
C.      Kebutuhan Perpustakaan dari berbagai Tingkat Usia
Perpustakaan disukai dan digemari setelah masyarakat itu awalnya berkenalan dan menumpukan terhadap buku-buku di dalam mencapai mencari informasi baru , dengan mengadakan pendekatan baik langsung maupun tidak langsung. Ini karena mwreka akan menemukan berbagai masalah ilmu pengetahuan dengan meneliti dan menyelidi hasil karya yang ditulis oleh pelbagai ahli di dalam bidang masin-masing, demi untuk memudahkan mereka menyelesaikan permasalahan dan merumuskan kesimpulan akhir dari problem-problem yang mereka hadapi tersebut. Untuk itu dalam sejarah pendidikan Islam, masyarakat berlomba-lomba di dalam membangun perpustakaan-perpustakaan dan mereka mengambil kesempatan memanfaatkan perpustakaan tersebut seadanya dengan memberikan bantuan dan sumbangan, baik dalam bentuk moral maupun bentuk material, Dalam tinjauan penulis bahwa keterlibatan masyarakat terhadap perp[ustakaan tersebut adalah dari berbagai tingkat usia, baik dari tingkat kanak-kanak, remaja maupun  ornag-orang dewasa, yang mana mereka datang mereka datang dari berbagai profesi seperti pelajar sekolah, masyarakat umum, sarajana- sarjana dan para teknokrat.
Sudah menjadi kebiasaan, baik dahulu maupun sekarang bahwa kesempatan belajar di dunia Islam adalah menjadi milik bersama dan terjamin bagi setiap lapisan masyarakat,baik yang kaya maupun yang miskin, dan bahwa kemiskinan itu tak pernah menjadi faktor penghambat bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu pengetahuan . Realitas ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dan universitas selalu terbuka lebar bagi semua lapisan masyarakat yang membutuhkan pelajaran. Sejarah Islam membuktikan kepada kita bhawa banyak Institusi-institusi pendidikan yang telah dibangaunkan oleh kaum muslimin yang tujuannya adalah untuk mencerdaskan umat islam, guna menghadapi perubahan dan perkembangan zaman yang begitu cepat.
Perpustakaan sekolah ialah perpustakaan yang ada dalam lingkungan sekolah, Baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan, baik sekolah yang bersifat umum maupun kejujuran. Oleh guru telah ditanamkan dasar kepandaian kepada para siswanya dengan jalan memperkenalakan buku-buku yang dengan jalan memperkenalakan buku-buku yang baik sesuai dengan umur, kecerdasan dan perhatian mereka, Melalui perpustakaan sekolah, kepandaian membaca di manfaatkan dandi kembangkan, dengan tuntunan guru dan petugas perpustakaan mereka dibimbing membaca untuk mencari informasi yang mereka sukai, Dengan koleksi yang lengkap berarti perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengetahuan siswa, menyuburkan daya kritik dan mengembangkan bakat serta kegemaran anak. Hal ini dapat membawa menfaat yang baik bagi siswa maupun guru.[8]
Dalam sejarah pendidikan Islam dan pendidikan moderen konsep pendidikannya lebih mementingkan aktivitas dan kreatifitas pelajar sendiri dari pada menerima secar pasif segala ajaran yang berasal; dari guru. Melaui perpustakaan sekolah para siswa dapat dapat di latih keaktipan dan keratifitas mereka secara lebih intensive, Hal yang dimikian dapat dinikmati para pelajar disekolah –sekolah Islam pada periode pertengahan. Umpamanya sekolah Al Haluiyah dan sekolah Al ‘Afdhaliyah di PalestinA, sekolah An Nuriyah Al Kubra dan sekolah Imadiyah di Damaskus serta banyak lagi sekolah-sekolah yang berbuat yang demikian,baik di mesir,Syiria, Tunisia dan tempat-tempat lain di seluruh dunia.[9]
Bagi siswa yang belajar di sekolah menengah atas dan memasuki perpuguruan tinggi akan menghadapi situasi yang sama dalam program pembelajaran, namun mereka lebih bersifatilmiah dan intelek. Dalam mencapai hasil belajar di perguruan tinggi mereka juga akan berhadapan dengan buku-buku di perpustakaan. Untuk itulah kebanyakan dari perpustakaan. Untuk itulah kebanyakan dari perguruan-perguruan tinggi, tetap menyediakan perpustakaan demi kemajuan para pelajar yang mencari ilmu di situ.
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas , perpustakaan akademi,perpustakaan lembaga penelitian dalam lingkungan perguruan tinggi. Karena perguruan tinggi bermacam-macam, semuanya mempunyai satu tujuan yang samayaitu membantu perguruan tinngi dalam menjalankan program pengajarannya. Perpustakaan perguruan tinggi yang baik merupakan satuan yang kokoh dengan lembaga perguruan tinggi. Bagi sarjana yang baru menduduki semester awal maupunyang sudah mengakhiri kuliahnya, juga mereka yang tingkat beklajarnay lebih tinggi akan senantiasa memerlukan perpustakaan, demikian juga dalam menyiapkan bahan-bahan kuliah serta penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dan desertasi. Hal yang semacam ini dialami pula oleh para pelajar yang belajar di perpguruan tinggi dalam sejarah pendidikan Islam yang banyak terdapat diwaktu itu.
Koleksi perpustakaan perguruan tinggi digunakan untuk melayani semua tingkat para mahasiswa, dari tingkat persiapan sampai kepada tingkat penghabisan, Penyusunan koleksi perpustakaan universitas biasanya mencakup ruang lingkup yang lebih luas, sesuai dengan bidang-bidang yang di cakup oleh universeritas yang membawahinya, sedangkan perpustakaan sekolah tinggi atau institut terbatas ruang lingkupnya, sesuai dengan ruang lingkup lembaga pendidikan di man ia tergabung. Pelaksanaan yang demikian, memberi peluang kepada mahasiswa untuk senantiasa aktif dalam mencari dam memperoleh informasi yang diperlukan demi penyelesaian problem yang hadapi,khususnya dalam memperoleh bahan-bahan pengatahuan untuk kemajuan hasil belajar mereka.
Masyarakat yang ada di sekililing kita atau masyrakat umum, juga membutuhkan informasi-informasi baru bagi mencapai kemajuan diri di dalam lapangan yang sedang mereka geluti. Untuk itu tempat yang paling berkesan dan tetap untuk mendapatkan informasi dan bahan-bhan pengetahuan itu adlah perpustakaan.Perpustakaan  Perpustakaan umum yang sudah terkenal di dunia Islam adalah tempat yang paling baik untuk masyarakat umum mempelajar dan membuat perumusan dalam problem yang mereka hadapi. Kunjungan yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai tingkat uia itu, menjadikan oleh masyarakat dalam berbagai tingkat usia itu, menjadikan perpustakaan bersemarak dan senantiasa mendapatkan mendapatkan penghargaan di tengah masyarakat.






Bab III
Kesimpulan

Memang tidak di fungkiri bahwa hakekat dari perpustakaan adalah untuk sumber Informasi belabu, karena disanalah tempat berkumpulnya informasi dan karena disanalah tempat pengkoleksian suatu dokumen-dokumen Informasi yang kita inginkan. Dan mengenai user(pengguna) perpustakaan itu tidak luput dari pelaku pendidikan, Baik itu dari tingkat kanak-kanak sampai ke pendidikan yang lebih tinggi yaitu Mahasiswa. Mengkilas balik kepada sejarah tempat kumpulan koleksi-koleksi atau dokumen-dokumen itu telah di gunakan oleh para pelaku masa lalu untuk mencari Ilmu Pengetahuan dan mempelajarinya agar wawasan mereka bertambah.
Jadi dari penjelasan diatas Banyak yang kita ambil Salah Satunya Perpustakaan dan dunia Pendidikan tidak dapat dipisahkan karena kedua poin itu merupakan salah satu hal yang saling ketergantungan, keterkaitan dan saling mendukung. Perpustakaan bertujuan untuk mengkampanyekan dan menginformasikan Bahan-bahan koleksi dari perpustakaan tersebut sedangkan Dunia Pendidikan Bertujuan agar Setiap generasi dan pelaku pendidikan mempunyai banyak wawasan mengenai Ilmu pengetahuan dan semua itu sasaran atau objeknya adalah Perpustakaan.
Akhirnya mudah-mudahan dengan Mempelajari Makalah Ini kita selaku para pelaku di dunia pendidikan lebih memanfaatkan perpustakaan ini dengan maksimal. karena perpustakaan merupakan gudang Refrensi yang  jelas dan dapat diuji karna Koleksi di dalamnya sudah di Filter atau disaring agar sesuai dengan keilmiahan dan sesuai dengan yang dibutuhkan para user (pengguna). Yang mana perpustakaan ini mampu untuk membantu kita dalam proses belajar mengajar sekaligus didalam menambah wawasan kita di dunia pendidikan ini. Tanpa suatu sarana kita pelaku pendidikan tidak kan mampu lebih optimal dalam mengkaji masalah-masalah yang di hadapi di proses pendidikan itu, untuk itu maksimalkanlah didalam memanfaatkan Fasilitas-fasilitas dari Perpustakaan tersebut.






Daftar Pustaka

-          Herlina,Ilmu Perpustakaan dan Informasi ,Palembang: Raden Fatah Press, 2006
-          Purwono, Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia ,Jakarta:Universitas Terbuka 2002
-          Langgulung, Hasan, Pengenalan Tamadun Islam Dalam Pendidikan, Dewan Bahasa Pustaka, Kuala Lumpur: 1989
-          Sjalab, Ahmadi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1973
-          Hasan Fahm, Asma, Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bulan Bintang,1979
-          Sjahria, Rusinal, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan,Jakarta: Djambatan,1989







[1] Herlina,Ilmu Perpustakaan dan Informasi ,Palembang 2006,hal 138
[2] Purwono, Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia ,Jakarta:Universitas Terbuka 2002,Hal 2
[3]  Hasan Langgulung, Pengenalan Tamadun Islam Dalam Pendidikan, DewanBahasa Pustaka, Kuala Lumpur:   1989,Hal 43
[4]  Ahmad Sjalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973, Hal 47
[5]  Asma Hasan Fahm, Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: 1979,Hal 43-44
[6]  Ibid,Hal 44-45.
[7]  Opcit, Ahmad Sjalabi, Hal 48
[8]  Rusina Sjahrial,Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan,Jakarta:Djambatan,1989,Hal 5
[9]  Opcit, Ahmad Sjalabi, Hal 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar